2 Point Untuk Diperhatikan

Pertama, budaya sistem pendidikan nasional Indonesia yang cenderung mengukur keberhasilan dari hasil akhir dibanding proses. Sistem pendidikan tidak mampu mengarahkan seseorang untuk mengenali proses pengetahuan dengan baik pada setiap tingkatan atau jenjang pendidikan. Akibatnya, fokus setiap peserta didik, lebih mengarah kepada hasil akhir yang dikerjakannya tanpa pernah perduli dengan proses atau bagaimana cara ia mendapatkannya. Sederhana, misalnya saja apa yang sedang berlaku dikampus-kampus. Nilai lebih dipentingkan dibanding proses memperoleh ilmu pengetahuan. Tugas-tugas makalah dan sebagainya dikerjakan hanya untuk memenuhi prasayarat penilaian dosen. Yang penting tugas selesai dan ada bukti fisik terlebih dahulu. Urusan isi dan substansi, adalah urusan belakangan yang cenderung dianggap tidak penting.

Kedua, hilangnya tanggung jawab Negara dalam mengawasi tindakan-tindakan yang merusak tradisi ilmiah dunia pendidikan. Negara dan aparatur pelaksananya, telah lalai dalam mengawasi tindakan plagiat ini. Negara melalui pemerintah cenderung memandang manfaat pendidikan hanya pada aspek orientasi keuntungan ekonomis (profit oriented) semata, tidak lagi mengedepankan manfaat pendidikan sebagai sarana membangun karakter (affective), pengetahuan (cognitive) dan manfaat praktis dalam kehidupan sehari-hari bagi anak didik. Pergeseran orientasi ini tidak hanya berlaku bagi anak didik, tapi juga menyeret dosen atau pendidik. Keberadaan Permendiknas Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, akhirnya menjadi sesuatu yang sia-sia. Toh pada akhirnya, para plagiator tetap bergentayangan dimana-mana dan melahirkan anak haram-anak haram hantu yang sulit terlihat kasat mata.

Sumber : http://www.herdi.web.id/plagiat-disekeliling-kita-tanggung-jawab-siapa

Komentar

  1. Yang pertama, ada yang lebih parah. Dosen ga baca tugasnya, cuma dilihat dari banyaknya. Ada dosen yang cuma "ngilani" alias mengukur dengan jari panjang dari tulisannya, tanpa dibaca. Indonesiaku... oh Indonesiaku... malangnya nasibmu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tuh kan malah ada yang lebih parah... kalo nggak difikir ntar dikira nggak peduli, kalo difikir malah bikin stress sendiri.. serba salah..

      Hapus
  2. Untuk itu, diperlukan keberanian untuk bertanya, mengeluh hingga protes. Sebab banyaknya praktek ketidakadilan disekeliling kita akibat orang-orang baik cenderung tidak berbuat apa2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudut pandang yg lumayan berbeda... top..

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merubah Tampilan Pada NOKIA N-GAGE QD & CLASIC

Cara mengatasi User-defined type not defined Visual Basic 6.0